Analisis Objek Kajian Semiotika "GESTUR DEFENSIF OBJEK PEREMPUAN DALAM KARYA SENI LUKIS CHUSIN SETIADIKARA"
Pendahuluan
Seniman Chusin Setiadikara adalah
seniman pria yang merupakan keturunan etnis
tionghoa, yang mempelajari seni melukis melalui Seniman Barli Sasmitawinata. Chusin cenderung menjadikan perempuan sebagai objek dalam karya seni lukisnya. Dalam wawancaranya, Chusin yang mengagumi sosok perempuan, mengatakan bahwa Ia tidak menganggap perempuan sebagai suatu objek, melainkan sebagai ‘subject matter’.
Chusin mengekspresikan atau
mengkomunikasikan perasaannya melalui
karyanya dengan bahasa non-verbal, salah
satunya yaitu dengan gestur. Gestur sendiri
adalah merupakan perkembangan dari bahasa
verbal. Chusin menggunakan gestur sebagai
suatu bentuk imajinasi yang tertuang dalam
karyanya. Dalam karya lukisnya, unsur metafora dan beberapa simbol cenderung muncul, serta terdapat kemiripan gesture objek pada beberapa lukisan.
Isi
Bentuk formal: lukisan(visual)
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus merupakan bagian dari metode kualitatif. Sebagaimana pendapat Lincoln dan Guba (Sayekti Pujosuwarno: 34), yang menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif dapat juga disebut dengan case study ataupun qualitative, yaitu penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subjek penelitian.
Analisis karya lukis Chusin Setiadikara
akan menggunakan metode semiotika, karena
metode semiotika memusatkan perhatiannya
pada tanda yang mencakupi aspek verbal
(bahasa) dan non-verbal (misalnya gambar,
warna, gejala alam, dan gestur). Khususnya pada gestur defensif yang termasuk ke dalam aspek non-verbal.
Analisis semiotika pierce dalam judul
"GESTUR DEFENSIF OBJEK PEREMPUAN DALAM KARYA SENI LUKIS CHUSIN SETIADIKARA''
Ikon
Lukisan ini berukuran 60 x 60 cm dengan media cat minyak pada kanvas. Terdapat dua objek perempuan, objek perempuan pertama dalam posisi duduk hanya mengenakan kain, dengan gestur tangan yang memeluk tubuh, dengan wajah menghadap ke samping sebelah kiri. Pada objek perempuan kedua, ditempatkan di belakang objek yang pertama, masih menggunakan kain. Objek tersebut digambarkan dengan posisi tertidur dengan kepala yang disandarkan di atas kedua tangan yang ditelungkupkan, namun posisi tubuh perempuan tersebut terlihat seperti melayang. Kedua objek ditempatkan secara vertikal dan horizontal.
Indeks
Pada lukisan ini, Chusin masih memasukan
pengaruh De Stijl dalam lukisannya, membuat
suatu garis horisontal dan vertikal seperti
pada karya abstrak Mondrian yang telah
dibahas sebelumnya, namun kali ini tidak
menggunakan garis, melainkan dengan cara
menempatkan posisi objek perempuan tersebut secara horisontal dan vertikal. Namun tidak memasukan bidang-bidang geometri seperti lukisan yang sebelumnya.
Symbol
Symbol yang terdapat pada karya tersebut, serta judul yang diberikan pada karya, seniman ingin membahas mengenai bagaimana peran dan posisi perempuan dalam kehidupan.
Terutama dalam budaya patriarki yang dianut di Indonesia, perempuan sebagai kaum minoritas yang didominasi oleh laki-laki atau memiliki posisi subordinat. Namun Chusin berusaha menyampaikan pesan bahwa peran perempuan tetap sangatlah penting dalam kehidupan, untuk mencapai suatu keharmonisan hubungan antara perempuan dan laki-laki.
Penanda
Dalam karya yang berjudul Gestur defensif objek perempuan, seniman menggambarkan objek bagaimana peran dan posisi perempuan dalam kehidupan.Terutama dalam budaya patriarki yang dianut di Indonesia, perempuan sebagai kaum minoritas yang didominasi oleh laki-laki atau memiliki posisi subordinat. Namun Chusin berusaha menyampaikan pesan bahwa peran perempuan tetap sangatlah penting dalam kehidupan, untuk mencapai suatu keharmonisan hubungan antara perempuan dan laki-laki.
Petanda
Dalam karya yang berjudul Gestur defensif objek perempuan, mengartikan bahwa citra perempuan yang sangat kuat berusaha untuk mempertahankan harga diri nya dari kaum laki-laki.
Kesimpulan
Dalam analisis objek kajian semiotika diatas tentang karya lukis chusin setiadikara dapat disimpulkan bahwa sebuah penelitian kajian semiotika ini sangat dibutuhkan sebagai media untuk mengkaji karya seniman yang memiliki kecenderungan menghadirkan symbol-simbol dalam karyanya agar seni sebagai media komunikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar antara seniman dengan penikmat karyanya. Kemudian, kesimpulan yang dapat kita ambil dari karya yang berjudul Gestur Defensif Objek Perempuan yaitu menunjukkan bagaimana peran dan posisi perempuan dalam kehidupan. Terutama dalam budaya patriarki yang dianut di Indonesia, memiliki posisi dibawah laki-laki dimana perempuan sebagai kaum minoritas yang didominasi oleh laki-laki, atau berada pada posisi subordinat (sebagai pelengkap laki-laki). Namun Chusin berusaha menyampaikan pesan bahwa peran perempuan tetap sangatlah penting dalam kehidupan, untuk mencapai suatu keharmonisan hubungan antara perempuan dan laki-laki.